Sabtu, 04 Oktober 2014

Makalah SIA pada kasus perusahaan kecil



SISTEM INFORASI AKUTANSI
PADA PERUSAHAAN KECIL
(DALAM BIDANG AGROBISNIS PEMANDIRIAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PEDESAAN)



Nama : Ulifah Saty Merianty Herlina Siahaan

Npm   : 37112521

Kelas  : 3 DB 06






UNIVERSITAS GUNADARMA 2014-2015



PENDAHULUAN

Tantangan perekonomian di era globalisasi saat ini adalah bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekitar 235 juta jiwa tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah, dalam hal memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka dicanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan memperkuat sektor pertanian.
Sektor pertanian mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang. Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebabnya adalah pasokan air untuk lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air untuk pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang ada, Indonesia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen.
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen. Sebaliknya pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi. Data ini menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup.
Strategi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, teknologi tepat guna, permodalan dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti dukungan permodalan dari perbankan, ketersediaan pupuk, teknologi tepat guna dan sumber daya manusia yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Disatu sisi akan dapat meningkatkan penghasilan dilain pihak merupakan dorongan yang kuat bagi pentani untuk tidak pindah ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang dicanangkan Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu – Sulawesi Tengah, juga dimaksudkan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan. Kementrian Pertanian dalam rangka mendukung upaya pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di pedesaan, membuat program pemberdayaan yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). PUAP merupakan program yang diperuntukkan penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar sub sektor.


ISI


OPTIMALISASI PENGEMBANGAN USAHA AGROBISNIS PEDESAAN.

Upaya yang perlu dilakukan dalam rangka optimalisasi Pengembangan Usaha Agrobisnis Pedesaan adalah dengan merevitalisasi dan intensifikasi usaha pertanian. Revitalisasi dapat dilakukan dengan meningkatkan sarana produksi, peningkatan sumberdaya manusia. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas, dengan jalan penggunaan teknologi pangan yang tepat, baik pemuliaan bibit tanaman, pemeliharaan tanaman dan teknologi penanganan saat panen dan pasca panen. Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana membantu meng”akseskan” usaha pertanian dengan dunia perbankan. Ini menjadi permasalahan utama dari usaha pertanian karena hampir sebagain besar masih belum “bank able”. Artinya usaha pertanian masih sangat minim mendapat dukungan dari dunia perbankan. Hal ini karena pengelolaan lembaga pertanian masih belum banyak didukung laporan keuangan yang baik. Padahal pihak perbankan sangat membutuhkan Laporan keuangan itu untuk dijadikan dasar dalam memperkirakan arus kas, resiko dan kelangsungan usaha. Disisi lain usaha pertanian amat sangat membutuhkan permodalan sebagai sarana modal kerja dan pengembangan usaha. Untuk memecahkan dan menjembatani kedua lembaga ini maka perlu sekali lembaga-lembaga pertanian untuk dikenalkan dan ditraning tentang pentingnya pelaporan keuangan.

PERAN AKUNTANSI DALAM OPTIMALISASI PENGEMBANGAN USAHA AGROBISNIS PEDESAAN

Akuntansi mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi keuangan. Akuntansi suatu sistem dengan input data/informasi dengan output informasi dan laporan keuangan. Akuntansi menghasilkan informasi keuangan tentang sebuah entitas. Informasi keuangan terkait suatu entitas dan dikomunikasikan kepada pemakai untuk pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP):
·       Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
·       Laporan Laba Rugi Komprehensif
·       Laporan Arus Kas
·       Laporan Perubahan Ekuitas
·       Catatan atas laporan keuangan
Tujuan Laporan keuangan :
·       Memberikan infomasi yang menyangkut posisi keuangan,kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), dan pertanggung jawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya
·        Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai
·       Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi non keuangan.

Adanya pelaporan keuangan yang baik maka lembaga pertanian akan memiliki informasi keuangan tentang usaha yang mereka lakukan sehingga memungkinkan pihak yang berkepentingan terutama pihak bank untuk memprediksi prospek usaha pertanian. Dengan demikian akuntansi akan dapat dijadikan sarana bagi lembaga pertanian untuk menjadi lembaga ekonomi, yang dapat digunakan mengakses perbankan, sehingga bisa membantu mendapatkan permodalan bagi pengembangan usaha. Bagi petani sendiri informasi dari laporan keuangan yang akurat akan dapat digunakan untuk lebih baik dalam memanaje usaha pertanian. Misalnya dalam menetapkan besaran biaya produksi; baik benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja. Selain itu adanya informasi yang tepat tentang permuliaan tanaman akan memungkinkan petani dapat memprediksi kebutuhan akan modal kerja baik saat penanaman dan saat pemeliharaan. Ketiadaan informasi akan menyebabkan petani akan gagal merencanakan waktu pemupukan penyemprotan, penyalinan tanaman yang akan menggangu perencanaan kas flow usaha pertanian. Selain itu informasi keuangan akan dapat menggambarkan siklus produksi pertanian dari mulai pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai pada saat panen dan penjualan hasil panen. Informasi yang akurat tentang siklus produksi akan berguna bagi petani dan pihak yang berkepentingan dalam memprediksi kebutuhan modal kerja. Bagi pihak perbankan pemahaman tentang siklus produksi ini penting sekali karena penanganan kredit untuk usaha pertanian tentunya tidak bisa disamakan dengan usaha perdagangan dan usaha indutri lain. Sebab usaha pertanian baik produksi dan pemasarannya masih sangat tergantung factor lingkungan yang sangat sulit diprediksi dan sulit dikontrol. informasi siklus produksi yang tepat akan sangat membantu petani untuk dapat memperkirakan kapan usaha pertanian tertentu harus dimulai. Ketepan penetapan waktu tanam, ditambah informasi siklus produksinya akan dapat digunakan memprediksi harga jual dan pendapatan produk pertanian.
Faktor lingkungan yang sangat sulit dikontrol dan diprediksi ini maka mindset petani juga perlu dirubah, sehingga pendekatan pada usaha pertanian sekarang tidak hanya pada pendekatan produksi tetapi juga harus berubah ke pendekatan kebutuhan pasar. Untuk itu petani harus mulai mempertimbangkan dan menggunakan informasi keuangan dalam usaha pertaniannya. Kegagalan petani memenuhi kebutuhan pasar maka akan berpengaruh pada harga produk dan tentunya akan mempengaruhi pengahasilan dan pendapatan.


KESIMPULAN

Perkembangan usaha agribisnis, sebagai penggerak ekonomi perdesaan dinilai sangat lambat, hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses petani terhadap permodalan, sarana produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta pasar. Kelembagaan agribisnis di perdesaan belum dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota Poktan/Gapoktan, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga petani, oleh karena itu bantuan modal tersebut harus dapat berkembang dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan akan di dampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani.